PUKUL 01.oo siang, bel pulang sekolah berbunyi. Rima dengan sutuknya, sepertinya sedang memikirkan sesuatu, atau merajuk. Suasana panggung dengan seadanya dan Rima terlihat sedang menyandarkan punggungnya di tembuk!
Rima : “Uh, sebel aku!”
Dan datangkah Viera.
Viera : “Rim, kamu nggak pulang?”
Rima : “Nggak, ah, males. Lagian kamu ngapain sih ngurusin aku, aku mau pulang mau nggak terserah aku, dong!”
Viera : “Kamu, ni, kenapa sih? Biasnya kita pulang kan sama-sama!”
Rima : “Aku lagi males aja pulang kerumah, paling-paling dirumah disuruh tidur sama Bi Ijah!”
Viera : “Memangnya orang tuamu gak ada?”
Rima : “Orang tuaku lagi kerja, paling-paling kalau mereka datang bisanya perintah sana, perintah sini.
Viera : “Ya, memang seharusnya kita patuh sama orang tua kan!”
Rima : “Iya, sih, tapi akukan juga gak mau kalau selalu dimarahin melulu”.
Viera : “Kamu sendiri nggak suka dimarahin, tapi kamu barusan marahi aku!”
Rima : “Lagian kamu yang memulai, aku lagi males aja mau pulang, aku lagi pusing”.
Viera : “Terus kamu nggak pulang, apa nggak dicari orang tuamu?”
Rima : “Paling yang nyari ya, Bi Ijah. Alah dia sama aja dengan orang tuaku”.
Viera : “Iya, ya, enak jadi orang sudah besar, kemana-mana gak ada yang nyari, kalau nggak pulang tinggal bilang sibuk”.
Jeda
Viera : “Kamu tahu nggak, aku tadi sebel juga sama Pak Rudi?”
Rima : “Memangnya kenapa?”
Viera : “Masa, pelajarang yang belum diterangkan kita sudah disuru mencatat satu papan penuh”.
Rima : “Kalau itu si kamunya aja yang malas!”
Viera : “Ee……,kamu nggak tahu sih, kalau aku pulang kerumah, aku pasti ditanya sama orang tuaku, kalau nggak bisa bisa mampus aku”.
Mereka diam dan datanglah Dinar dan Putri yang juga sedang menunggu jemputan becak yang belum datang-datang juga.
Dinar : “Kak Rima, ayo kita main bola bekel yu!”
Rima : “Hai, kamu anak kecil, aku lagi males, jangan ganggu aku!”
Dinar : “Lho, daripada kita bengong belum pulang dan aku juga lagi nunggu jemputan, kan enakan kita brmain aja”.
Viera : “Iya, ayo ayo!”
Rima : “Ya, telpon kek, sms kek, apa kek sana, dari pada kamu berisik disini, udah sana pergi!”.
Rima : Kamu masih kecil tahu apa urusan orang besar”.
Dinar yang masih kecil, merajuk dan diam, seperti mau menangis.
Putri : Lho, kak rima, kok marah sih, dinarkan gak salah apa-apa?”
Viera : “Sudah, sudah kok malah bertengkar sih, memangnya siapa yang ngajari kita harus bertengkar.
Meraka diam
Datanglah tukang becak yang bisanya menjemput Dinar dan putri
Tukang becak : He…..he….he, ini kecil-kecil ngapain ribut, ayo pulang….pulang!”
Rima : “Nggak mau!”
Putri : “Ini, Pak Mo, kak Rima marah marahin Dinar, padahal Rima nggak salah apa-apa!”
Rima yang memang mulanya marah, matanya hanya melotot saja.
Tukang becak : “Ya, sudah pulang, ayo pulang!”
Dinar : “Pak Mo dari mana saja? aku nunggu lama Pak nggak datang datang”.
Tukang Becak : ‘Oo, dasar, cilik-cilik pinternylathu wong gerang, tadi Pak Mo masih banyak penumpang, sudah ayo pulang, pulang……..bubar…..bubar!”
Tukang becak : “Anak jaman sekarang, kebanyakan nonton senetron jadi antagonis semua, ayo pulang!”
nasruddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar